Islam dan Kesederhanaan
Mahrus Sholeh, Alumni PP Sabilal Muhtadin (1997-2003), Mahasiswa Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya
Islam sangat paham akan kondisi yang dialami manusia. Bicara soal kondisi, tentu yang terbersit paling signifikan adalah masalah harta. Inilah yang banyak dibicarakan dalam ranah masyarakat. Islam datang dengan ajaran mulia dengan menerapkan kesederhanaan.
Berbicara tentang kesederhanaan, tentunya akan lebih dalam mengulas bagaimana kondisi sekarang yang serba butuh dan tentunya itu merupakan suatu keharusan dalam hidup.
Agama Islam menganjurkan agar umatnya senantiasa hidup sederhana dalam semua tindakan, sikap dan amal. Islam adalah agama yang berteraskan nilai kesederhanaan yang tinggi. Kesederhanaan adalah satu ciri yang umum bagi Islam dan salah satu perwatakan utama yang membedakan dari umat yang lain. Dengan begitu suatu konsep yang bagitu bagus dalam agama islam untuk mengajak manusia agar hidup sederhana.
Atas prinsip inilah, maka umat Islam yang sejati merupakan umat yang adil dan sederhana. Merekalah yang akan menjadi saksi di dunia dan di akhirat di atas setiap penyelewengan, penindasan serta penyimpangan ke kanan maupun ke kiri dari jalan pertengahan yang lurus.
Satu perkara yang harus kita sadari sebagai umat Islam yaitu konsep sederhana meliputi aqidah (keyakinan), aspek ibadah dan cara melaksanakannya, akhlak dan cara hidup, berinteraksi antar sesama dan segala sesuatu yang menyentuh persoalan kehidupan dunia.
Kesederhanaan adalah budaya yang telah diterapkan oleh Rasulullah Saw. Budaya sederhana dan sentiasa mendaulatkan prinsip keadilan serta kemanusiaan inilah yang membentuk generasi Islam yang begitu mantap dan berkualitas. Generasi yang dididik oleh Nabi Muhammad Saw dengan ciri kesederhanaan dan penghayatan memahami Islam yang sejati berlandaskan cahaya al-Quran itulah yang akhirnya berhasil mengangkat panji-panji Islam ke seluruh dunia.
Sebagai generasi terbaik umat Islam sudah sepantasnya untuk menyederhanakan dalam segala apapun, tentunya harus melihat bagaimana kita menyikapi bentuk sederhana tersebut. Hal inilah yang aka nada nilai harga dalam diri umat islam dan akan menjadi modal untuk menerapkan strategi keberhasilan. Karena dengan sifat yang berlebihan itu akan timbul sifat yang bisa merusak keberhasilan umat islam. Koridor peraturan yang ada pada islam tentunya juga menjadi acuan dalam menjalani hidup sederhana.
Dua hal di antara cara untuk menerapkan sifat kesederhanaan dalam diri kita. Pertama, dengan mengawal serta menundukkan hawa nafsu yang bergejolak dalam diri. Allah Swt dan Rasulullah Saw sering mengingatkan kita agar mengawal hawa nafsu dan tidak berlebihan di dalam melakukan sesuatu.
Ini adalah karena hawa nafsulah yang selalu menjeruskan manusia ke kancah kebinasaan. Disebabkan gagal mengawal hawa nafsu, kita sering melakukan pemborosan dan berlebihan. Berbelanja lebih daripada kebutuhan, sedangkan masih banyak yang lebih memerlukan bantuan untuk menopang kehidupan mereka.
Kedua, menjiwai sifat kesederhanaan. Kita harus bijaksana dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dengan sikap tersebut kita dapat mengetahui dengan pasti perkara-perkara yang lebih memerlukan perhatian dan tumpuan masa, tenaga ataupun uang. Tanpa mengetahui dengan pasti perkara-perkara yang harus didahulukan maka kita akan lebih cenderung untuk mengikut hawa nafsu sehingga gagal di dalam mengimbangi urusan kehidupan.
Hakikatnya, mencari keseimbangan dan kesederhanaan dalam semua aspek kehidupan adalah sesuatu yang sukar. Desakan hawa nafsu dalam diri manusia mengatasi kewarasan dan kebenaran akal fikir kita. Ia hanya dapat dibendung dengan penguasaan iman dan ilmu pengetahuan.
Dengan hidup sederhana, Islam sangat menghormati manusia. Sangat jelas bahwa hidup sederhana itu bisa membuat kenyamanan dalam hidup dan juga memberi dampak positif bagi kehidupan di sekelilingnya.