Ansor Purwakarta: Mengaji dan Berdayakan Ekonomi


Purwakarta, NU Online

NU, termasuk Ansor di dalamnya, sekarang tidak boleh berpangku tangan, tapi harus mengisi kemerdekaan dengan berbagai kegiatan positif.

Demikian diungkapkan Ketua Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Purwakarta Ahmad Anwar Nasihin pada pengajian Rijalul Ansor yang berlangsung di Kecamatan Cikao pada Ahad, (7/4) lalu.

Mengisi kemerdekaan dengan hal-hala positif adalah cara berterima kasih kepada pejuang dan pendahulu yang menegakkan negeri ini.

Anwar, sapaan akrabnya, kemudian menjelaskan sepak terjang NU dalam lintasan sejarah Indonesia, bahwa organisasi para ulama tersebut turut menegakkan negara ini. Ia memberikan titik tekan kepada peran KH Wahid Hasyim dalam perumusan Pancasila.

Kemudian digelar pengajian persoalan-persoalan agama yang berkembang di masyarakat. Pengajian tersebut selalu didampingi Ketua Rijalul Ansor Kabupaten Purwakarta, Ajengan Yayan.

Di sela pengajian, Anwar menjelaskan, pengajian Rijalul Ansor baru berjalan dua bulan belakangan ini. "Di PC seminggu sekali, biasanya dihadiri 30 pengurus, sementara di PAC sebulan dua kali.”

Acara biasanya diisi dengan pengajian: Ya sinan, shalawatan, ngobrol-ngobrol organisasi, diskusi, dan evaluasi. Tempatnya di sekretariat GP Ansor di Jalan RE Martadinata Kota Purwakarta. Sementara kegiatan PAC digelar di pondok pesantren atau masjid.

“Ansor Purwakarta ingin mengembalikan ruh NU ke pondok pesantren dan masjid-masjid,” katanya.

Selain pengajian, GP Ansor Purwakarta juga memeberdayakan ekonomi anggotanya. Yang ditunjukkan kepada NU Online adalah budidaya jamur dan usaha konveksi di Desa Pasir Angin Kecamatan Darangdan.

Menurut pengelola budidaya jamur, Ungki Miftahul Muttaqin, hingga saat ini usaha jamur sangat bagus. “Di Purwakarta, bahan bakunya sangat melimpah yaitu tahi gergaji (serbuk kayu bekas menggergaji), bekatul, dan kapur,” jelasnya ketika ditanya NU Online kenapa budidaya jamur.

Sementara usaha konveksi, GP Ansor memiliki 6 mesin jahit. Selama ini, pesanan lebih banyak dari sesama pengurus dan anggota, misalnya untuk bendera dan seragam Ansor. Tapi ada juga pesanan dari luar, misalnya dari sekolah.

“Biasanya tahun ajaran baru banyak pesanan,” kata Pupud, pengelola konveksi.    

Penulis: Abdullah Alawi

PENGUNJUNG